Perseteruan Negara-negara Asia Tenggara Akibat Konser Taylor Swift

Pendahuluan

Beberapa negara di Asia Tenggara secara terbuka menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap Singapura. Penyebabnya adalah konser Taylor Swift yang akan digelar di National Stadium, Singapura, pada 2-9 Maret. Konser ini menjadi satu-satunya pemberhentian Swift di kawasan Asia Tenggara, selain Jepang.

Dampak Ekonomi

Konser Swift di Singapura meningkatkan pariwisata negara tersebut. Namun, negara-negara tetangga justru kehilangan potensi pendapatan karena Swift tidak menggelar konser di negara mereka. Menurut Edmund Ong, General Manager Trip.com, penerbangan ke Singapura melonjak 186% dan akomodasi meningkat hampir lima kali lipat pada 1-9 Maret. Sarah Wan, General Manager Klook untuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura, memperkirakan pengunjung akan membelanjakan rata-rata $800 USD di berbagai tempat selain tiket konser.

Klaim Politisi

Rumor beredar bahwa Singapura melakukan manuver politik untuk mengamankan eksklusivitas konser Swift. Ekonom dan anggota parlemen Filipina, Joey Salceda, meminta Kementerian Luar Negeri Filipina (DFA) untuk menyelidiki rumor bahwa Singapore Tourism Board (STB) bekerja di belakang layar untuk mencegah AEG Presents, produser The Eras Tour, menggelar konser di negara lain di kawasan tersebut.

Salceda mengklaim bahwa informasi tersebut berasal dari Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, yang menyatakan bahwa Singapura membayar Swift $3 juta USD per pertunjukan untuk kontrak eksklusivitas. Pemerintah Singapura diduga memberikan hibah sebesar $3 juta USD kepada AEG untuk menggelar konser di Singapura dengan syarat tidak menggelar konser di tempat lain di kawasan tersebut.

Tanggapan Singapura

Tuduhan tersebut ternyata benar. Menanggapi pernyataan Salceda bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan “sikap tetangga yang baik”, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui bahwa mereka “merundingkan perjanjian” dengan tim Swift untuk menjadi mitra eksklusif di Asia Tenggara.

Namun, Lee menekankan bahwa Singapura tidak bermaksud bersikap “tidak ramah” dengan langkah politik ini. Insentif tertentu diberikan kepada Swift, dan kesepakatan tercapai. “Saya tidak melihat itu sebagai sikap tidak ramah,” kata Lee.