Sebuah postingan di komunitas online baru-baru ini menarik perhatian publik, di mana seorang yang mengaku sebagai mantan direktur PR dan manajemen krisis BigHit Music mengungkapkan pemikirannya tentang etika bisnis HYBE.
Eksposur dari Mantan Karyawan
Dalam postingan tersebut, mantan karyawan tersebut mengklaim bahwa ia pernah melakukan panggilan Zoom singkat dengan karyawan dari agensi PR Amerika Serikat yang bekerja dengan BTS selama debut mereka di Amerika. Ia mengungkapkan bahwa selama panggilan tersebut, ia mendengar cerita-cerita mengerikan tentang bagaimana HYBE memperlakukan karyawan mereka, baik di dalam maupun di luar Korea Selatan.
Tuduhan Etika Kerja yang Buruk
Mantan direktur tersebut menuduh HYBE melakukan berbagai pelanggaran etika, termasuk:
- Menghilangkan hak-hak karyawan: Karyawan dipaksa bekerja lembur tanpa kompensasi yang layak dan tidak diberi waktu istirahat yang cukup.
- Memperlakukan karyawan dengan tidak adil: Karyawan seringkali diintimidasi dan dihina oleh manajemen.
- Menghilangkan hak-hak artis: Artis tidak diberikan kebebasan kreatif dan dipaksa untuk mengikuti agenda HYBE tanpa kompromi.
Dampak dari Pengungkapan Ini
Pengungkapan ini telah memicu perdebatan di kalangan penggemar K-Pop dan publik. Banyak yang mengecam HYBE atas perilaku mereka yang tidak profesional dan tidak manusiawi. Beberapa penggemar bahkan menyatakan kekecewaan mereka dan mengancam untuk memboikot HYBE dan artis-artis di bawah naungannya.
Tanggapan HYBE
HYBE belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan ini. Namun, postingan tersebut telah menjadi viral dan telah menarik perhatian media massa.
Kesimpulan
Pengungkapan ini menunjukkan bahwa HYBE mungkin memiliki masalah serius terkait etika bisnis dan budaya kerja mereka. Perlu dicatat bahwa tuduhan ini belum terbukti dan HYBE berhak untuk membela diri. Namun, pengungkapan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana HYBE menjalankan bisnis mereka dan bagaimana mereka memperlakukan karyawan dan artis mereka.