Afrika, Jangan Diganggu! Penggemar Muak dengan Trope Rasial dalam Drama Korea

Penggambaran Afrika yang Tidak Akurat

Gelombang Hallyu telah sukses membawa hiburan Korea ke garis depan media internasional. Namun, hal ini juga menyoroti beberapa trope bermasalah yang telah lama diabaikan. Di antara trope tersebut, penggambaran Afrika menonjol sebagai yang paling mencolok, seringkali memicu reaksi keras dari penggemar internasional.

Dalam beberapa serial belakangan ini, penggambaran benua Afrika yang diejek dan direndahkan semakin terlihat. Kontroversi terbaru datang dari “Queen of Tears”, sebuah drama populer saat ini. Dalam episode 3, salah satu karakter mengingat waktunya di Afrika yang penuh dengan “kebarbaran dan keliaran”. Pernyataan ini sangat salah dalam menggambarkan keragaman dan budaya benua yang kaya.

Reaksi Penggemar

Banyak penggemar telah mengungkapkan ketidakakuratan dan pengabadian stereotip berbahaya dari penggambaran ini di media sosial.

“Penggambaran ini tidak hanya tidak akurat tetapi juga mengabadikan stereotip yang merugikan,” tulis seorang penggemar di Twitter.

“Drama Korea harus MENINGGALKAN AFRIKA SENDIRIAN!” seru penggemar lainnya.

Contoh Lainnya

Insiden ini bukan kasus yang terisolasi. “The Impossible Heir” juga menghadapi kritik serupa karena penggambarannya tentang pengungsi Afrika, yang berfokus pada kemiskinan dan kebutuhan akan “keselamatan” daripada kekuatan dan keindahan benua itu.

Dalam “Kokdu: Season of Deity”, karakter secara tidak akurat menyebut Antigua dan Barbuda sebagai negara Afrika, menunjukkan ejekan dan kurangnya rasa hormat. Dialog yang mengikuti semakin memperburuk pelanggaran tersebut, dengan karakter bercanda tentang pendidikan di Afrika yang melibatkan “berlomba dengan cheetah dan minum air dengan kuda nil.”

Masalah yang Lebih Luas

Masalah ini mengingatkan pada reaksi keras sebelumnya terhadap “Sh**ting Stars” pada tahun 2022, di mana acara tersebut dikritik karena kompleks “penyelamat kulit putih” dan penggunaan “filter kuning” saat menggambarkan Afrika, sebuah teknik yang mewarnai tempat-tempat asing sebagai “kurang beruntung”, “berbahaya”, dan “terbelakang”.

Menurut banyak penggemar, contoh-contoh ini merupakan gejala dari masalah yang lebih luas dalam penggambaran budaya asing, khususnya Afrika, dalam industri hiburan Korea.

Seruan untuk Kepekaan Budaya

Penggemar drama Korea dan industri K-Drama secara keseluruhan memohon kepekaan dan kesadaran budaya yang lebih besar di kalangan penulis dan produser. Mereka berpendapat bahwa narasi ini tidak hanya tidak menghormati budaya yang digambarkan tetapi juga menurunkan kualitas dan daya tarik global K-Drama itu sendiri.