Kontroversi Ibu Muda Korea Selatan dengan 7 Anak: Netizen Kecewa

Kelahiran Anak Ketujuh di Tengah Rendahnya Angka Kelahiran Korea Selatan

Korea Selatan tengah menghadapi penurunan angka kelahiran yang drastis. Namun, sebuah keluarga baru saja menyambut anak ketujuh mereka. Jeon Hye Hee (28 tahun) dan suaminya Cho Yong Seok (28 tahun) melahirkan seorang bayi pada 5 Februari lalu. Bayi tersebut kini menjadi anak bungsu dari tujuh bersaudara, dengan usia masing-masing 10, 7, 6, 4, 3, dan 2 tahun.

Bantuan Pemerintah dan Harapan Keluarga

Pada 22 Februari, Distrik Jung-gu memberikan bantuan sebesar 10 juta won (sekitar $7.500) kepada keluarga tersebut untuk membantu biaya pengasuhan anak. Mereka adalah pasangan pertama yang menerima bantuan sebesar itu. Bantuan ini merupakan bagian dari program insentif pemerintah untuk mendorong warga Korea Selatan memiliki lebih banyak anak di tengah rendahnya angka kelahiran yang mengkhawatirkan.

Pemerintah Korea Selatan juga menjalankan sistem tunjangan yang memberikan semua orang tua dengan bayi baru lahir $750 per bulan hingga bayi mereka berusia satu tahun. Jumlah bulanan ini sebelumnya adalah $520, tetapi dinaikkan menjadi $750 pada awal tahun 2024.

Pernyataan Ibu dan Tanggapan Pemerintah

Jeon Hye Hee mengungkapkan kepada Kim Gil Sung, Wali Kota Distrik Jung-gu, bahwa ia tumbuh besar dengan bersekolah di distrik tersebut. Namun, ia ingin pindah ke rumah yang lebih besar.

“Saya bersekolah di kota ini dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, dan saya juga ingin membesarkan anak-anak saya di distrik yang memberikan banyak dukungan. Kami saat ini tinggal di apartemen 52 meter persegi, tetapi saya pikir kami akan membutuhkan ruang yang lebih besar saat anak-anak tumbuh dewasa. Kami khawatir karena perumahan yang disediakan untuk rumah tangga dengan banyak anak sudah terlalu kecil untuk ditinggali bersama 7 anak kami,” ujar Jeon Hye Hee.

Wali Kota Kim Gil Sung menanggapi, “Kami akan mencoba mencari solusi untuk mengatasi kekhawatiran Anda. Kami sangat senang bahwa orang pertama yang menerima dukungan 10 juta won berasal dari distrik kami. Kami akan bekerja lebih keras untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk membesarkan anak-anak.”

Kontroversi Ibu Muda dan Reaksi Netizen

Namun, Jeon Hye Hee sebelumnya pernah muncul di acara realitas kontroversial Teenage Parents (juga dikenal sebagai High School Parents), yang menyoroti kehidupan mereka yang menjadi orang tua selama sekolah menengah. Ia muncul di acara itu tahun lalu. Ia memiliki anak pertama dengan seorang pria di luar nikah. Ia kemudian menikah dengan suaminya saat ini, Cho, dan sekarang memiliki enam anak bersamanya.

Dalam acara tersebut, terungkap bahwa Jeon Hye Hee tidak bertanggung jawab. Ia tidak merawat anak-anaknya. Sebaliknya, ibunya, nenek dari anak-anak tersebut, yang mengambil tanggung jawab. Sang nenek melakukan segalanya untuk mereka, termasuk pekerjaan rumah tangga, sementara sang ibu bersantai.

Hal ini menimbulkan reaksi beragam di kalangan netizen Korea. Meskipun angka kelahiran rendah, mereka percaya bahwa orang tua tersebut memiliki niat buruk dan hanya memanfaatkan dana pemerintah. Mereka berpikir bahwa orang tua harus mendukung anak-anak mereka daripada membuat nenek membesarkan mereka. Oleh karena itu, mereka kecewa melihat Jeon Hye Hee menerima uang dan perhatian di media ketika ia tidak bertindak sebagai ibu bagi anak-anaknya.

Kritik Netizen dan Dampak Sosial

Banyak netizen Korea yang mengkritik Jeon Hye Hee dan suaminya karena dianggap tidak bertanggung jawab dan hanya memanfaatkan bantuan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa memiliki banyak anak seharusnya bukan alasan untuk mendapatkan perhatian dan bantuan khusus, terutama jika orang tua tersebut tidak mampu merawat anak-anak mereka dengan baik.

Kritik netizen ini menunjukkan adanya kekhawatiran yang lebih luas di Korea Selatan tentang dampak sosial dari rendahnya angka kelahiran dan kebijakan pemerintah yang mendorong orang untuk memiliki lebih banyak anak. Beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan tersebut dapat menyebabkan peningkatan kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta membebani sistem kesejahteraan sosial.